Tradisi Nyalamak di Lauk (Upacara Selamatan Laut)

Nyelamak di lauk biasa dilaksanakan menjelang bulan Muharam tiba. Tradisi warisan nenek moyang nelayan Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak Lombok Timur ini sudah dipelihara sejak bertahun-tahun silam. Dalam pelaksanaan tradisi ini, berbagai kegiatan dilakukan masyarakat setempat.

Karena dinilai sakral, pembelian kerbau untuk dipotong yang akan dipotong dalam ritual itu, tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Terdapat beberapa kriteria khusus yang harus dipenuhi kerbau tersebut. Kerbau yang akan disembelih itu pun harus menyertakan sang mangku yang lebih mengetahui tanda-tanda kerbau yang boleh dibeli untuk dipotong saat ritual.

Begitu kerbau dibeli dan dibawa ke desa ini, langsung ditabuhkan musik tradisional, dipersembahkan tarian, bahkan memainkan pedang. Usai disambut, kerbau tersebut langsung dibawa ke ruangan khusus yang sudah disiapkan, dan dilakukan upacara penyiraman kepala kerbau.

Setelah disiram kepalanya oleh sang mangku, kerbau itu lalu dimandikan di laut untuk dibersihkan. Setelah itu, diselimuti dengan kain putih. Disana, terkadang muncul keyakinan kalau ada persyaratan ritual yang masih belum lengkap, dipastikan ada salah satu warga yang kesurupan, lalu memberikan petunjuk persyaratan apa saja yang harus dilengkapi pihak panitia bersama mangku.

Sore hari sebelum puncak acara ritual, kerbau tersebut diarak keliling sepanjang pesisir pantai labuhan haji. Mereka yang ikut mengarak kerbau itu, harus tetap dalam keadaan suci atau tidak dalam keadaan hadas. Sementara untuk kaum perempuan juga harus dalam keadaan suci terjaga air wuduk, dan tidak boleh dalam keadaan haid. Selama mengarak kerbau itu, mereka membaca doa puji-pujian, shalawat, zikir dan lainnya. Yang jelas, sepanjang mengarak kerbau, tidak boleh wudhu mereka batal.

Pada saat puncak acara ritual, kerbau tersebut dipotong, lalu kepalanya dibawa menggunakan perahu ke tengah laut untuk dilepas di terumbu karang besar. Tempatnya dilepas pun tidak bisa sembarangan, harus dilakukan pemangku. Jika kepalanya di lepas di tengah laut untuk dijadikan umpan ikan, sementara daging kerbau itu sendiri, dibagi-bagikan pada kaum fakir miskin, dan anak yatim di desa itu.

Dari ritual ini, masyarakat nelayan Desa Tanjung Luar bertujuan untuk menyelamatkan laut dari tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Terutama, penangkapan secara membabi buta dan menggunakan bom, kerusakan terumbu karang dan lainnya. Acara ini juga sekaligus sebagai ajang silaturrahmi nelayan, memberikan pesan moral terhadap masyarakat dan memiliki makna besar lain yang bisa dipetik dari ritual itu.

Dari tradisi ini, diharapkan bisa menjadi even besar pemerintah yang memiliki potensi nilai jual cukup tinggi untuk menarik perhatian para wisatawan mancanegara.

“Ritual ini mengandung pesan moral, dan pelaksanaannya juga tidak keluar dari syari’at Islam. Karena disana dilakukan zikir, pembacaan shalawat,” ucapnya Lalu Mupti Ali ketua penyelenggara nyelamak dilauk.

Sumber: mandalikanews.com
0 Komentar untuk "Tradisi Nyalamak di Lauk (Upacara Selamatan Laut)"

Line text

Like Facebook

shout box

Back To Top